Rumpi Cangkir Kopi # 7
Ellie berdiri di tengah-tengah lobi gedung bersama segepok brosur berisi promo kopi dan cemilan yang ditawarkan di kedai. Dia sengaja mengambil posisi di sana agar terlihat oleh semua orang yang datang melewati lobi. Sebuah papan tulis kecil bertuliskan KOPI GRATIS terpajang di depan pintu masuk kedai yang terletak di sebelah kiri lobi. Di sampingnya, Sandra sudah siap beserta puluhan gelas kopi dan dispenser kopi yang terhidang di atas meja. Kedainya pagi ini menawarkan segelas kopi susu gratis kepada para pekerja di gedung Antasari.
Gedung Antasari merupakan bangunan dengan konsep gedung perkantoran bersama. Di gedung itu, terdapat beberapa perusahaan yang menyewa ruangan untuk dijadikan kantor. Gedung itu menawarkan fasilitas lengkap, mulai dari lahan parkir yang luas di halaman gedung dan basement, listrik, air ledeng, internet, hingga Business Centre yang menyediakan kebutuhan para pekerja. Business Centre terletak di seluruh area lantai satu gedung itu. Selain kedai kopi yang dikelola oleh Ellie, di sana juga terdapat food court, toko perlengkapan alat tulis, hingga klinik kesehatan. Dengan bantuan koneksi dari Dira, Ellie berhasil mendapatkan tempat yang paling strategis di sana, dekat dengan lobi dan nampak dari pinggir jalan sekali pun.
Para pekerja sudah mulai berdatangan sejak jam tujuh pagi. Ellie membagikan brosur kepada orang-orang yang lewat sambil menawarkan kopi gratis yang sudah mereka persiapkan. Beberapa orang terlihat antusias mengantre. Mereka berdiri mengerumuni Sandra yang kewalahan menuangkan kopi ke gelas plastik dari dispenser kopi. Setengah jam kemudian, dispenser harus diisi ulang kembali.
Acara kopi gratis pagi itu berlangsung hingga jam sembilan. Selama itu mereka mengisi ulang dispenser kopi sebanyak tiga kali dan menghabiskan lebih dari seratus gelas plastik. Ellie menyudahi acara itu saat lobi sudah mulai terlihat lengang.
Andrew bertepuk tangan saat Ellie membawa masuk dispenser ke dalam kedai. Ya, sesuai janjinya yang tidak mau terlibat dengan trik pemasaran kuno Ellie, Andrew hanya memperhatikan Ellie dari dalam kedai. Dia datang ke sana setelah diberondong Ellie dengan tugas membelikan sepuluh lusin gelas plastik baru. “Laris manis,” katanya sambil tersenyum lebar.
“Parah Lu, Dru. Gue enggak dibantuin sama sekali,” gerutu Ellie dengan wajah cemberut.
“Jangan ngambek gitu dong, Non. Nih, gue bawain sarapan buat kalian. Makan dulu, sini.”
“Pak,” sela Sandra. “Sarapannya saya bawa pulang aja, ya. Saya mau pulang, mau mandi.”
“Hah, kamu belum mandi? Kamu udah mandi belum El?” Andrew yang berdiri di samping Ellie dengan sengaja memencet hidungnya untuk mengolok Ellie.
“Gue udah mandi, lah. Sandra aja yang memang kebiasaan bangun siang jadi sebelum ke sini enggak sempat mandi,” protes Ellie.
“Eh, iya, Pak. Saya tadi takut telat, jadi cepat-cepat ke sini enggak sempat mandi.”
“Ya udah, kalau mau pulang, pulang aja. Nanti jangan lupa datang kesini lagi. Yang tadi itu masuk hitungan lembur, ya. Bukan dihitung kerja reguler.”
“Iya, Bu.” Sandra menyambar jatah sarapannya kemudian segera pergi meninggalkan kedai.
Saat keluar dari pintu kedai, Sandra berpapasan dengan Robert yang masuk ke dalam kedai. Robert datang sendirian. Kali ini dia tidak mengenakan jas, hanya setelan kemeja panjang berwarna abu tua dan celana kain berwarna hitam. Gosip yang beredar, Robert hanya mengenal tiga warna di dunia pakaian kerja, yaitu hitam, abu-abu, dan putih.
#30DWC #30DWCJilid19 #Day7
0 komentar
Terima kasih untuk setiap komentar yang dimasukkan.