Surat Cinta Di Kedai Kopi
Sore itu selepas hujan yang mengguyur kota selama setengah jam, Boy memutuskan mengunjungi kedai kopi di gedung Antasari. Dia mengetahui keberadaan kedai ini dari unggahan Instagram seorang selebgram saat terjadi mati lampu di tengah-tengah pesta ulang tahun. Dia pernah beberapa kali lewat di jalan dimana kedai itu terletak. Dari pinggir jalan, dalam keadaan normal, kedai itu memancarkan suasana hangat dari pancaran lampu berwarna kuning dan interior dominan kayu.
Mengenai Boy, tak ada yang mengenal sosoknya di dunia nyata seperti orang mengenalnya di dunia maya. Dia adalah pria muda di pertengahan umur dua puluh dengan identitas sebagai Loveletterman di sosial media. Dia selalu menghiasi beranda sosial medianya dengan kumpulan puisi yang dia buat sendiri. Tapi dibalik semua persona yang dia bentuk, dia juga sering menolong orang lain untuk membuat surat cinta. Tidak semua orang terlahir romantis. Jadi menolong mereka yang ingin menghadiahkan keromantisan tidak ada salahnya, begitu pikir Boy.
"Mau pesan apa, Kak?" tanya April dari balik meja barista.
Boy dengan mudah mengenali wajah April. Senyumnya yang manis dengan bibir tipis dan dagu lancip, serta rambut panjang lurus berwarna kecoklatan, terlihat tak ada beda dengan foto yang biasa berseliweran di Instagram-nya.
"Cappucino satu," jawab Boy.
"Cangkirnya silahkan dipilih, kak." Ellie mengarahkan tangannya ke arah lemari display yang terletak di dekat meja barista.
"Oh, di sini cangkirnya bisa saya pilih?"
"Iya, kak. Kakak silahkan pilih cangkir yang kakak suka."
"Kalau begitu saya pilih cangkir hitam itu, yang ada gambar kunci nada nya."
"Baik, kak. Cangkir Andreas untuk kakak."
"Andreas siapa?"
"Nama cangkir ini Andreas, kak."
"Oh, ada namanya?" Boy terkekeh pelan.
"Baik, kak, silahkan di tunggu di mejanya," kata April sambil menyerahkan sebuah papan plastik dengan angka lima tertulis di sana.
Boy mengambil papan kecil itu dan membawanya ke meja yang ada di teras kedai. Dia ingin menikmati pemandangan jalan kala sore dari sana. Ditambah hawa lembab sehabis hujan, mampu menghantarkan segarnya aroma tumbuhan di taman yang ada di sekitar teras.
"Ini, kak, pesanannya. Selamat menikmati," Ucap Bambang sambil menyuguhkan secangkir Cappucino.
"Ya," Boy hanya merespon singkat sambil mengangguk.
Boy mengecek kembali pesan yang masuk melalui Whatsapp-nya. Sore itu dia mempunyai pesanan membuat sebuah surat cinta. Seorang pria meminta untuk dibuatkan surat yang mampu memberikan dorongan motivasi kepada orang yang ditujunya. Setelah merasa info yang dibutuhkan tentang calon sasaran cukup, Boy mulai menyesap kopinya.
“Untuk urusan romantisme, seharusnya kau serahkan kepada ku. Dunia sudah mengakui bahwa pria Italia adalah pria paling romantis. Buongiornoprincipesa! (Selamat pagi putri), Buona Noteamore! (Selamat malam cinta) Tesoro Mio (sayangku). Aku punya segudang rayuan untuk para wanita," celoteh Andreas yang sudah mampu membaca pikiran Boy setelah kopi yang ada di dalamnya diseruput oleh Boy. Dia selalu membanggakan dirinya sebagai cangkir dari Italia dan menyamakan dirinya dengan lelaki dari Italia.
Segarnya aroma kopi serta rasan yang pas di lidah Boy, mampu mendukung Boy dalam merangkai kata. Dia merasa kali ini bisa menulis lebih cepat dari biasanya. Setelah beberapa kali membaca ulang dan merasa mantap dengan apa yang dia tulis, Boy kemudian mengirimkan tulisannya itu kepada kliennya.
#30DWC #30DWCJilid19 #Day27
Mengenai Boy, tak ada yang mengenal sosoknya di dunia nyata seperti orang mengenalnya di dunia maya. Dia adalah pria muda di pertengahan umur dua puluh dengan identitas sebagai Loveletterman di sosial media. Dia selalu menghiasi beranda sosial medianya dengan kumpulan puisi yang dia buat sendiri. Tapi dibalik semua persona yang dia bentuk, dia juga sering menolong orang lain untuk membuat surat cinta. Tidak semua orang terlahir romantis. Jadi menolong mereka yang ingin menghadiahkan keromantisan tidak ada salahnya, begitu pikir Boy.
"Mau pesan apa, Kak?" tanya April dari balik meja barista.
Boy dengan mudah mengenali wajah April. Senyumnya yang manis dengan bibir tipis dan dagu lancip, serta rambut panjang lurus berwarna kecoklatan, terlihat tak ada beda dengan foto yang biasa berseliweran di Instagram-nya.
"Cappucino satu," jawab Boy.
"Cangkirnya silahkan dipilih, kak." Ellie mengarahkan tangannya ke arah lemari display yang terletak di dekat meja barista.
"Oh, di sini cangkirnya bisa saya pilih?"
"Iya, kak. Kakak silahkan pilih cangkir yang kakak suka."
"Kalau begitu saya pilih cangkir hitam itu, yang ada gambar kunci nada nya."
"Baik, kak. Cangkir Andreas untuk kakak."
"Andreas siapa?"
"Nama cangkir ini Andreas, kak."
"Oh, ada namanya?" Boy terkekeh pelan.
"Baik, kak, silahkan di tunggu di mejanya," kata April sambil menyerahkan sebuah papan plastik dengan angka lima tertulis di sana.
Boy mengambil papan kecil itu dan membawanya ke meja yang ada di teras kedai. Dia ingin menikmati pemandangan jalan kala sore dari sana. Ditambah hawa lembab sehabis hujan, mampu menghantarkan segarnya aroma tumbuhan di taman yang ada di sekitar teras.
"Ini, kak, pesanannya. Selamat menikmati," Ucap Bambang sambil menyuguhkan secangkir Cappucino.
"Ya," Boy hanya merespon singkat sambil mengangguk.
Boy mengecek kembali pesan yang masuk melalui Whatsapp-nya. Sore itu dia mempunyai pesanan membuat sebuah surat cinta. Seorang pria meminta untuk dibuatkan surat yang mampu memberikan dorongan motivasi kepada orang yang ditujunya. Setelah merasa info yang dibutuhkan tentang calon sasaran cukup, Boy mulai menyesap kopinya.
“Untuk urusan romantisme, seharusnya kau serahkan kepada ku. Dunia sudah mengakui bahwa pria Italia adalah pria paling romantis. Buongiornoprincipesa! (Selamat pagi putri), Buona Noteamore! (Selamat malam cinta) Tesoro Mio (sayangku). Aku punya segudang rayuan untuk para wanita," celoteh Andreas yang sudah mampu membaca pikiran Boy setelah kopi yang ada di dalamnya diseruput oleh Boy. Dia selalu membanggakan dirinya sebagai cangkir dari Italia dan menyamakan dirinya dengan lelaki dari Italia.
Segarnya aroma kopi serta rasan yang pas di lidah Boy, mampu mendukung Boy dalam merangkai kata. Dia merasa kali ini bisa menulis lebih cepat dari biasanya. Setelah beberapa kali membaca ulang dan merasa mantap dengan apa yang dia tulis, Boy kemudian mengirimkan tulisannya itu kepada kliennya.
#30DWC #30DWCJilid19 #Day27
0 komentar
Terima kasih untuk setiap komentar yang dimasukkan.